Di awal penjelasannya, Bp Muhammad Abduh menjelaskan bahwa selama ini proses konstruksi yang terjadi secara umum mengalami keterlambatan, over budget, dan poor quality. Oleh karena itu butuh pendekatan untuk memperbaiki kinerja industri konstruksi. Jika dibandingkan dengan manufaktur, value added yang dicapai 62%, waste 26%, dan support act 12%. Sedangkan konstruksi, value added yang dicapai 10%, waste 57%, dan support act 33%. Pendekatan yang dimaksud adalah Konstruksi Ramping atau Lean Construction. Ini merupakan pendekatan yang diperkenalkan oleh Lauri J.Koskela, dari VTT Building and Transport di Finlandia, pada tahun 1992, dalam upayanya mencoba memperbaiki kinerja industri konstruksi dengan mengacu kepada kinerja yang dapat dicapai oleh industri manufaktur dengan pendekatan Lean Production-nya. Secara konseptual, kemudian Koskela mengembangkan filosofi dari Konstruksi Ramping ini dan dikembangkan lebih lanjut oleh masyarakat peneliti dan praktisi konstruksi yang tergabung dalam International Group for Lean Construction (IGLC) pada tahun 2013.
Pada awalnya pendekatan ini menitikberatkan pada proses produksi di lapangan, dengan adanya antara lain the Last Planner System (LPS), dan sampai saat ini sudah merambah kepada penyelenggaraan konstruksi secara holistik dengan Integrated Project Delivery (IPD). Tujuan dari pendekatan Konstruksi Ramping ini adalah memaksimalkan nilai (value) yang ingin dicapai oleh pengguna akhir, namun dengan proses yang menghasilkan pemborosan (waste) minimal.
Pemaparan materi selama kurang lebih 2 jam memberikan wawasan baru kepada mahasiswa Teknik Sipil UNJ. Prinsip dari lane construction sebenarnya bisa diterapkan dalam kehidupan. Contoh sebagai mahasiswa, terapkanlah prinsip maximize your value!. Tingkatkan pengetahuan akademik Anda, maksimalkan nilai Anda, dan jadilah mahasiswa yang super. No wasting time and be useful human!
No comments:
Post a Comment