Welcome

Selamat Datang di Blog Pendidikan Vokasional Konstruksi Bangunan

1.23.2011

Ibu

Dapet lagu bagus ni, entah kenapa aku jadi hobi denger lagu ini,langsung kepikiran ibu ku di Lampung. Masih belum bisa ngebahagiain ibu. T.T



bersinar kau bagai cahaya

yang selalu beriku penerangan

selembut sutra kasihmu 'kan

selalu rasa dalam suka dan duka



reff:

kaulah ibuku cinta kasihku

terima kasihku takkan pernah terhenti

kau bagai matahari yang selalu bersinar

sinari hidupku dengan kehangatanmu



bagaikan embun kau sejukkan

hati ini dengan kasih sayangmu

betapa kau sangat berarti

dan bagiku kau takkan pernah terganti



repeat reff



kaulah ibuku cinta kasihku

pengorbananmu sungguh sangat berarti



repeat reff [2x]



sinari hidupku dengan kehangatanmu



--Hadad Alwi feat Farhan--

1.06.2011

Susahnya Berkata "TIDAK"

Oleh : Azhar Januar Ismat

Banyak dari kita yang menjalani hidup dan ‘menyelesaikan’ segala hal dengan memilih sikap pasif. Jika kita perhatikan, mereka yang lebih suka memelihara kepasifan dalam berkomunikasi dengan orang lain, seringkali dihinggapi perasaan tegang, sedih, kalah, marah, benci, dan berbagai ketidaknyamanan lainnya. Tentu saja perasaan ini hanya akan menimbulkan kesengsaraan, karena telah ‘mengamputasi’ segala bentuk pemikiran, perasaan dan keinginan yang seharusnya diungkap. Coba jawab dengan jujur, ketika seseorang meminta kepada Anda untuk melakukan suatu hal yang tidak Anda inginkan, apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan melakukannya? Ataukah Anda akan meminta maaf sebagai pengganti kata 'tidak'? Sekali Anda menyadari pentingnya ‘penolakan’, maka segalanya akan lebih mudah menghadapinya.

Saya tidak menyarankan Anda untuk bersikap egois dan tidak peduli kepada orang lain. Namun ada saatnya kita dituntut untuk mengkomunikasikan segala hal yang menjadi keinginan kita. Apalagi, jika yang diminta oleh orang lain adalah sesuatu di luar prinsip kita, menjauhi visi hidup kita, atau di luar kemampuan kita. Hmm..masalahnya, daripada menolak, biasanya kita lebih sering mengangguk sejenak dan merutuk seharian.



Nah, mengapa berkata TIDAK itu sangat susah dilakukan? Apakah karena tidak ingin menyakiti hati orang lain? Apa Anda merasa bersalah? Apakah takut seseorang akan menggunjing di belakang Anda? Apakah karena Anda ingin menjadi sosok yang disenangi dan tidak ingin orang lain marah kepada Anda? Apakah karena Anda tidak ingin terjadi konflik? Anda khawatir untuk dikucilkan dan sendirian? Apakah susah bagi Anda untuk mengatakan perasaan Anda?



Setumpuk pertanyaan hanya akan berlalu dan terlupa begitu saja. Satu hal, jika kita terus menerus terpaku pada pola ini, maka kita hanya akan kehilangan kebebasan. Ini juga akan meniadakan perasaan dan keinginan kita. Ketika bersikap pasif, kemungkinan besar kita akan selalu dihinggapi perasaan marah dan kecewa. Dan, jika terus menerus memelihara rasa ini, maka kita bisa dihampiri gejala psikologi, yang ujung-ujungnya adalah depresi.



Nah, kalau sudah begitu, mengapa masih banyak orang cenderung berlaku pasif? Sekali lagi, biasanya tujuan mereka hanya untuk menghindari konflik. Lucunya, justru hal inilah yang melahirkan konflik. Dengan menyimpan pikiran, perasaan dan keinginan, sebenarnya hanya akan melahirkan rasa frustasi dan kemarahan.



Sekarang tanyakan pada diri Anda, apa yang Anda dapatkan dengan bersikap pasif? Dan apa yang Anda dapatkan jika bersikap lebih ‘gentle’ daripada sekadar diam? Tentu saja banyak hal yang bisa kita peroleh. Kita bisa belajar mengkespresikan pikiran, perasaan dan kehendak kita. Ini semua kita lakukan dalam rangka menghargai diri sendiri dan orang lain. Saya sendiri lebih suka orang yang terbuka daripada sepakat dengan terpaksa.

Memang tidak semua orang mudah melakukannya. Apalagi ini bukanlah bawaan sejak lahir. Ini seperti social skill yang bisa kita pelajari. Kita bisa temukan bagaimana cara mudah bersikap tegas dengan tetap berlaku baik terhadap orang lain. Akan lebih mudah tentunya jika kita mau banyak berlatih.



Nah, saatnya belajar mengekspresikan diri kita secara tepat dan bertanggung jawab. Artinya, kita dapat memilih kapan dan dimana harus melakukan suatu hal, tanpa perlu kehilangan ‘kemerdekaan’ kita. Sekarang tanyakan pada diri Anda, apa yang akan Anda dapatkan dengan lebih menghargai diri Anda?

sumber: note di FB nya penulis

1.01.2011

Tugas Jalan Raya II

Menjelang UAS, ada tugas yang harus kita kerjakan lagi, kawan.
Lihat Buku Jalan Raya 2 hal 112

Diketahui :
Volume Lalu Lintas Tahun 1976
Mobil Penumpang (2 ton) = 5575 kendaraan
Bus (8 ton) = 132 kendaraan
Truk 2 As (13 ton) = 923 kendaraan
Truk 3 As (20 ton) = 9 kendaraan
Truk 4 As (23 ton) = 265 kendaraan
Truk Gandeng 5 As (30 ton) = 8 kendaraan
JUMLAH 7103 kendaraan

Pertumbuhan lalu lintas, i = 10% per tahun
Waktu pelaksanaan, n = 5 tahun
Umur rencana, UR = 10 tahun
CBR Lap (rata-rata) = 6%
Faktor Regional, FR = 2

Ditanya :
Rencanakan tebal lapis-lapis perkerasan jalan 2 lajur untuk kedua arah dengan sistem “Tabelaris Dua H” (Hadi-Hendarmin)

Soal berikutnya di halaman 148

Rencanakan tebal perkerasan lentur untuk jalan raya 2 jurusan berlajur 4 (tanpa median) dengan data sebagai berikut:
Masa pelaksanaan 5 tahun dengan pertumbuhan lalu lintas I = 5%pertahun
Faktor Regional (FR) = 2.0
CBR tanah dasar (Lab) = 3.0%
Umur rencana Ur 20 tahun dengan tahapan 5 tahun dan 15 tahun
Pertumbuhan lalu lintas, i untuk 5 tahun pertama = 8%
i untuk tahun berikutnya = 4%
Lalu lintas:
Kendaraan sedan dan yang sejenis (2 ton) = 2000 buah
Bus (8 ton) = 600 buah
Truck 2 as (13 ton) = 100 buah
Truck 3 as (20 ton) = 600 buah
Truck 5 as (30 ton) = 20 buah

Bahan perkerasan:
Lapis permukaan, Laston MS 744
Lapis Pondasi, Batu Pecah Kelas A
Lapis Pondasi Bawah, Sirtu Kelas B



Berdasarkan gambar di atas tugas ini DIKUMPUL HARI SENIN, ok
Jawaban tinggal Download di sini