Welcome

Selamat Datang di Blog Pendidikan Vokasional Konstruksi Bangunan

10.06.2017

Pendidikan Teknik Bangunan Saatnya Berubah!

Hingar bingar kondisi perpolitikan kampus minggu kemarin akhirnya menemui titik akhirnya. Semua pihak sepakat sudah saatnya UNJ berubah, tentunya berubah ke arah lebih baik. UNJ sudah saatnya mengejar ketertinggalannya dengan eks-IKIP lainnya, khususnya UNY, UPI, dan UM.
Begitu juga dengan prodi tempat saya mengabdi, S1 Pendidikan Teknik Bangunan (disingkat PTB). Paling tidak ada dua poin perubahan yang akan dan harus dilakukan oleh PTB untuk mencapai tujuan tersebut.
Pertama, PTB berubah nama. Iya, PTB akan berubah namanya menjadi Pendidikan Vokasional Konstruksi Bangunan (PVKB). Hal ini berdasarkan Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 257/M/KPT/2017 tentang Nama Program Studi pada Perguruan Tinggi. Secara detail penamaan PVKB ada di Lampiran 1 halaman 21.
Di UNJ sampai saat ini masih menunggu keputusan resmi dari rektor dalam hal perubahan nama nomenklatur sesuai dengan Kepmenristekdikti Nomor 257/M/KPT/2017.Nantinya perubahan nama program studi ini akan diikuti oleh Pendidikan Profesi Guru (PPG). Seperti yang tercantum pada Lampiran II halaman 4 nama program studinya adalah Pendidikan Profesi Guru Vokasi (PPGV) Konstruksi Bangunan. Namun jika dilihat pada lampiran ini terdapat pula PPGV Gambar Arsitektur, PPGV Teknologi Konstruksi dan Properti.

Artinya PTB yang nantinya akan menjadi PVKB berke”wajib”an menyediakan PPGV Konstruksi Bangunan, Gambar Arsitektur, dan Teknologi Konstruksi dan Properti. Itupun jika ada SMK yang membuka spektrum keahlian tersebut.

Padahal menurut spektrum keahlian 2016 yang diresmikan berdasarkan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 4678/D/Kep/MK/2016 tentang spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan, program keahlian teknologi konstruksi dan properti memiliki empat kompetensi keahlian, yaitu: 1) konstruksi gedung, sanitasi, dan perawatan; 2) konstruksi jalan, irigasi, dan jembatasn; 3) bisnis konstruksi dan properti; dan 4) desain pemodelan dan informasi bangunan.
Sehingga mungkin nantinya akan seperti ini, guru gambar arsitektur mengajar di kompetensi keahlian Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan, guru konstruksi bangunan mengajar di kompetensi keahlian Konstruksi Gedung, Sanitasi, dan Perawatan, dan guru Teknologi Konstruksi dan Properti mengajar di kompetensi keahlian Bisnis Konstruksi dan Properti.
Lalu bagaimana dengan kompetensi keahlian Konstruksi Jalan, Irigasi, dan Jembatan?. Nah loh..ya menurut saya bisa saja diajar oleh guru konstruksi bangunan (walaupun agak maksa) atau guru teknologi konstruksi dan properti (lebih maksa juga).
Tetapi pertanyaan yang paling mendasar adalah "Apakah SMK dengan kompetensi keahlian tersebut sudah ada?" Di DKI Jakarta sampai saat ini pun masih menyelenggarakan kompetensi keahlian Teknik Gambar Bangunan (TGB). Jadi? Ya jalani saja sambil menunggu keputusan pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian PUPR, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Tenaga Kerja & Transmigrasi (loh kok banyak amat?) mengintegrasikan seluruh program yang ada dan saling bersinergi sehingga pendidikan vokasi/kejuruan, khusus bidang konstruksi bangunan di Indonesia lebih baik dan dapat bersaing dengan negara-negara lain.
Lalu, apa yang dapat dilakukan oleh program studi PTB?. PTB dapat mulai merancang dan memperbarui kurikulum, mencoba untuk menerjemahkan keinginan pemerintah atas perubahan yang baik ini.Atau jika kelak PTB lebih mapan dari segala sisi, kita dapat mendirikan LVS (Labs Vocational School), semacam Labs School tetapi ini versi SMK nya. Tentunya berkolaborasi dengan program studi pendidikan vokasi bidang teknologi dan rekayasa yang lain (Mesin, Otomotif, Elektronika dan Ketenagalistrikan).

Kedua, saatnya mengikuti perkembangan teknologi BIM. Secara umum, Building Information Modelling (BIM) merupakan seperangkat teknologi, proses kebijakan  yang seluruh prosesnya berjalan secara terintegrasi dalam sebuah model digital, yang kemudian diterjemahkan sebagai gambar 3 tiga dimensi. Building Information Modelling, kalimat utamanya “Information” dimana seluruh informasi yang terdapat pada bangunan tersebut tercakup di dalam konsep BIM. Jadi mulai tahap programming, conceptual design, detail design, analysis, documentation termasuk drafting, gambar kerja, termasuk proses pabrikasi. Bahkan ada juga construction 4D, jadi dapat mensimulasikan sebuah real project, termasuk ada time linernya.
BIM ini akan mengefisiensikan semua proses tersebut dibanding dengan CAD. CAD project hanya berpusat pada gambar, kalau mau membuat gambar denah, tampak, potongan, scheduling, bahkan gambar 3D dilakukan sendiri-sendiri. Harus benar-benar koordinasi antar drafter, arsitek. Sedikit ada kesalahan akan menjadi masalah. Konsep BIM dibalik, BIM project seluruh informasi (gambar denah, tampak, potongan, detail, BoQ) dikumpulkan. Gambar-gambar tersebut dibuat dalam satu proses. Dapat dikatakan BIM sebagai intelligent model. Jika ada perubahan pada satu gambar semua akan terintegrasi.

Teknologi ini mulai diterapkan di beberapa perusahaan konstruksi, baik yang negeri maupun swasta. Seperti pada berita di bawah ini

Kementerian PUPR Dorong Penerapan Teknologi BIM Dalam Pembangunan Infrastruktur


Jurusan teknik sipil PTN-PTN besar pun saya yakin belum semua yang mengajarkan mahasiswanya dalam penerapan teknologi BIM. Saya dapat informasi baru ITB yang mulai menerapkannya dalam pembelajaran, bahkan katanya mereka memiliki BIM curriculum tersendiri.
Prodi PTB FT UNJ dapat menjadi pioneer di antara FPTK eks-IKIP yang menerapkan teknologi ini. 
Terlebih, salah satu kompetensi keahlian SMK 2016 ada Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan, kalimat ini hampir sama dengan akronim dari BIM (Building Information Modelling). Berarti secara tersurat dan tersirat, Ditjen Pendidikan Dasar & Menengah, Direktorat PSMK Kemendikbud menginginkan teknologi BIM juga dapat diajarkan di SMK. 

Lalu bagaimana caranya menerapkan teknologi BIM di Prodi PTB FT UNJ? Jawabannya sederhana, berikan mata kuliah Autodesk Revit pada mahasiswa S1 PTB. Meskpin BIM bukan hanya Revit, tetapi Revit dapat mewakili penerapan teknologi BIM dan mendukung dari awal hingga akhir proses pelaksanaan pembangunan. Revit hanyalah salah satu tools/software yang mendukung penerapan BIM. Di antara software BIM antara lain: ArchiCAD, Fom it, ReCap, Autodesk Insight, 3DSMax, Naviswork. Dari seluruh software-software ini, Autodesk Revit hampir 90% mendukung konsep BIM.
So..saatnya Prodi PTB memberikan waktu agar mahasiswa dapat belajar Revit, 2 SKS saya rasa cukup.

Demikianlah, dua hal yang menjadi poin perubahan yang dapat dilakukan oleh prodi PTB FT UNJ tercinta. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan, sekian dan terimakasih.