Welcome

Selamat Datang di Blog Pendidikan Vokasional Konstruksi Bangunan

10.11.2010

Motivasi Itu Perlu

Memang, ini sangat diperlukan apalagi terkait dengan proses pembelajaran!.

Melihat-lihat file semester lalu mengenai TBP (Teori Belajar Pembelajaran), mudah-mudahan dapat memotivasi kita semua.

I. PENDAHULUAN
Pengajaran tradisional menitikberatkan pada metode imposisi, yakni pengajaran dengan cara penuangan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi siswanya. Cara ini tidak mempertimbangkan kesesuaian bahan pelajaran dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan serta pemahaman siswa. Guru tidak memperhatikan motivasi siswa untuk mempelajari bahan-bahan yang disampaikan.
Temuan-temuan baru dalam bidang psikologi kepribadian dan tingkah laku manusia, serta perkembangan di bidang ilmu pendidikan pada gilirannya mengubah pandangan tersebut. Faktor peserta didik dianggap sebagai sesuatu yang menentukan pelaksanaan dan keberhasilan proses pembelajaran. Pandangan baru berpendapat, bahwa tingkah laku manusia disorong oleh motif-motif tertentu. Perbuatan belajar akan berhasil bila berdasarkan motivasi pada diri siswa. Siswa mungkin dapat dipaksa untuk melakukan suatu perbuatan, tetapi ia tak mungkin dapat dipaksa untuk menghayati perbuatan itu sebagaimana mestinya. Guru dapat memaksakan bahan pelajaran kepada siswa, tetapi tak mungkin memaksanya untuk belajar dalam arti sebenarnya. Ini berarti, tugas guru yang paling berat ialah berupaya agar siswa mau belajar dan memiliki keinginan belajar terus menerus.
II. MOTIVASI
II.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti “menggerakkan”. Berdasarkan pengertian ini makna motivasi menjadi berkembang. Cropley (1985) menjelaskan bahwa motivasi adalah tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Wlodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan behaviorisme.
Sedangkan McDonald (1959) merumuskan bahwa . . . .“Motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan, bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan . Gray lebih suka menyebut pengertian motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
Imron (1996) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari bahasa Inggris motivation yang berarti dorongan pengalasan dan motivasi. Kata kerjanya adalah to motivate yang berarti mendorong, menyebabkan, dan merangsang. Motive berarti alasan, sebab dan daya penggerak. T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
II.2 Jenis Dan Sumber Motivasi
Motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi intristik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu itu sendiri sehingga sering disebut juga sebagai “motivasi murni”, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan tersebut datang dari luar individu yang bersangkutan. Jadi orang itu dirangsang dari luar.
Motivasi ekstrinsik diterapkan oleh sekolah karena dalam interaksi belajar mengajar siswa kadang sering tidak menaruh minat dan perhatian terhadap suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu di dalam kegiatan interaksi belajar, guru dalam hal ini memegang peranan sangat penting dalam upaya menumbuhkan serta meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa secara menyeluruh. Dengan demikian siswa akan lebih aktif berperan serta berpartisipasi positif di dalam kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Mengingat motivasi ekstrinsik ini terjadi karena rangsangan dan pengaruh dari luar diri siswa. Maka guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian jelas siswa akan lebih tumbuh serta berkembang dalam upayanya mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya siswa akan selalu bersikap pasif.
Motivasi intrinsik dalam realitasnya lebih memiliki daya tahan yang lebih kuat dibanding motivasi ekstrinsik. Hal ini terjadi karena karena faktor ekstrinsik bisa saja justru mengakibatkan daya motivasi individu berkurang ketika faktor ekstrinsik tersebut mengecewakan seorang individu.
Menurut teori kebutuhan Abraham Harold Maslow (1908 – 1970) yang menjadi sumber motivasi seseorang adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu, menurut Maslow jika kebutuhan yang lebih rendah tingkatannya telah dipenuhi, maka kebutuhan yang berada di tingkatan atasnya akan muncul dan minta dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang menuntut pemenuhan tersebut dipandang sebagai motivator akrif. Sementara kebutuhan di tingkatan atasnya menjadi strongest need. Oleh karena itu, kebutuhan-kebutuhan manusia tersebut secara berjenjang dan secara terus-menerus minta dipenuhi. Menurut Maslow, ada lima kebutuhan dasar manusia. Kelima kebutuhan tersebut adalah :
1. Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
2. Kebutuhan keamanan dan rasa terjamin (safety or security needs)
3. Kebutuhan sosial (social needs)
4. Kebutuhan ego (esteem needs)
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization).
Kebutuhan-kebutuhan tersebut menurut Maslow harus terpenuhi, sebab kebutuhan yang telah lama tidak terpenuhi, tidak dapat menjadi active motivator. Jika kebutuhan tersebut terblokade dan tidak dapat menjadi active motivator, maka usaha manusia hanya bertahan pada level sebelumnya, dan tidak ada peningkatan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan merupakan hal penting untuk meningkatkan motivasi seseorang termasuk dalam konteks motivasi belajar. Seseorang yang lama kebutuhannya tidak terpenuhi, bisa menjadi penyebab timbulnya sikap-sikap destruktif, menentang, dan bahkan frustasi.
Tetapi pertanyaan mendasar adalah apakah kebutuhan tentang ego/ harga diri harus menunggu kebutuhan fisik dan rasa aman lebih dahulu? Padahal setiap individu dari strata apapun harga diri ditempatkan sebagai unsur yang utama. Itulah hakekat dari pengertian manusiawi. Jangan hanya gara-gara kebutuhan fisik yang belum terpenuhi maksimum lalu harga diri terkorbankan. Kalau begitu apakah tidak sepantasnya pada setiap hirarki  kebutuhan individu, dasar utamanya terletak pada harga diri itu sendiri?
Maslow sendiri dalam tahun-tahun terakhirnya merevisi teorinya tersebut (Stephen R.Covey dalam bukunya First Things First). Katanya,  Maslow mengakui bahwa aktualisasi diri bukanlah kebutuhan tertinggi namun masih ada lagi yang lebih tinggi yaitu self transcendence yaitu hidup itu mempunyai suatu tujuan yang lebih tinggi dari dirinya. Mungkin yang dimaksud Maslow adalah kebutuhan mencapai tujuan hidup beragama. Sekarang lebih dikenal sebagai kebutuhan spiritual.
II.3 Peran dan Fungsi Motivasi Dalam Belajar dan Pembelajaran
Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar. Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi:
Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
Menetukan arah perbuatan, yakni arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
Meneyeleksi perbuatan, yakni menetukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagia tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakuakan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Beberapa penelitian tentang prestasi belajar siswa menunjukan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar siswa. Tokoh–tokoh pendidikan seperti Mc Clelland (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Weiner (1986), Fyans dan Maerh (1987) melakukan berbagai penelitian tentang peranan motivasi belajar, dan menemukan hasil yang menarik. Sebagai contoh, dalam studi yang dilakukan Fyans dan Maerh (1987) diantara 3 faktor, yaitu : latar belakang keluarga, kondisi/konteks sekolah dan motivasi, faktor yang terakhir merupakan prediktor yang paling baik untuk prestasi belajar. Walberg dkk (1983) menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland menunjukan bahwa motivasi berprestasi (achievment motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Berdasarkan penemuan di atas guru dapat mempertimbangkan untuk melakukan intervensi dalam hal meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
II.4 Model Motivasi ARCS
ARCS adalah sebuah model desain instruksional yang dikembangkan oleh John Keller (1983) dan berfokus pada motivasi. ARCS merupakan singkatan dari Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (kepercayaan diri), Satisfaction (kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekkan untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.
II.4.1 Perhatian (Attention)
Perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga siswa akan memberikan perhatian, dan perhatian tersebut terpelihara selama pembelajaran, bahkan lebih lama lagi. Rasa ingin tahu ini dapat dirangsang atau dipancing melalui elemen-elemen yang baru, aneh, lain dengan yang sudah ada, kontradiktif atau kompleks. Apabila elemen–elemen seperti ini dimasukan dalam rencana pembelajaran, hal ini dapat menstimulir rasa ingin tahu siswa. Namun perlu diperhatikan agar stimulus tersebut digunakan tidak berlebihan, akibatnya stimulus menjadi hal yang biasa dan efektifitasnya hilang. Strategi untuk merangsang minat dan perhatian siswa :
1. Gunakan metode penyampaian pembelajaran yang bervariasi (ceramah, kelompok diskusi, bermain peran, simulasi, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus dan lain–lain).
2. Gunakan media (multimedia interaktif, power point, film, video, dan sebagainya) untuk melengkapi penyampaian perkuliahan.
3. Bila dirasa tepat gunakan humor dalam presentasi pembelajaran.
4. Gunakan peristiwa nyata, anekdot dan contoh–contoh untuk memperjelas konsep.
5. Gunakan teknik bertanya untuk melibatkan siswa.
II.4.2 Relevansi (Relevance)
Relevansi menunjukan adanya hubungan materi pembelajaran dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Motivasi siswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi, atau bermanfaat atau sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokan ke dalam 3 kategori yaitu motif pribadi, motif instrumental dan motif kultural. Yang pertama, nilai motif pribadi (personal motive value) mencakup tiga hal, yaitu :
Kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievment),
Kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan
Kebutuhan untuk berafilisasi (needs for affiliation).
Yang kedua adalah nilai yang bersifat instrumental, di mana keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut. Ketiga, nilai kultural, apabila tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang oleh kelompok yang diacu siswa, seperti orang tua, teman, dsb. Strategi untuk menunjukan relevansi pembelajaran :
1. Sampaikan kepada siswa apa yang akan dapat mereka lakukan setelah mempelajari materi pelajaran. Ini berarti guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran atau indikator pembelajaran yang ingin dicapai.
2. Jelaskan manfaat pengetahuan atau ketrampilan yang akan dipelajari dan bagaimana hal tersebut dapat diterapkan dalam pekerjaan nanti.
3. Berikan contoh, latihan atau tes yang langsung berhubungan dengan kondisi siswa atau profesi tertentu
II.4.3 Percaya Diri (Confidence)
Merasa diri kompeten atau mampu,merupakan potensi untuk dapat berinteraksi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) mengembangkan lebih lanjut konsep tersebut dengan mengajukan konsep self-efficacy. Konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Prinsip yang berlaku dalam hal ini adalah bahwa motivasi akan meningkat sejalan dengan menigkatnya harapan untuk berhasil. Harapan ini sering dipengaruhi oleh pengalaman sukses di masa yang lampau. Dengan demikian ada hubungan spiral antara pengalaman sukses dan motivasi. Motivasi dapat menghasilkan ketekunan yang membawa keberhasilan (prestasi), dan selanjutnya pengalaman sukses tersebut akan memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas berikutnya. Strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepercayaan diri :
1. Meningkatkan harapan siswa untuk berhasil dengan memperbanyak pengalaman berhasil siswa, misalnya dengan mendesain pembelajaran agar dengan mudah dipahami, diurutkan dari materi yang mudah ke yang sukar. Dengan demikian siswa merasa mengalami keberhasilan sejak awal pembelajaran.
2. Organisasikan pembelajaran ke dalam bagian–bagian yang lebih kecil, sehingga siswa tidak dituntut untuk mempelajari terlalu banyak konsep baru sekaligus
3. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan menyatakan persyaratan untuk berhasil. Hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan kriteria tes atau ujian pada awal pembelajaran. Hal tersebut akan membantu siswa mempunyai gambaran yang jelas mengenai apa yang diharapkan.
4. Meningkatkan harapan untuk berhasil dengan menggunakan strategi yang memungkinkan kontrol keberhasilan di tangan siswa sendiri. Kontrak belajar (learning contract) merupakan hal yang harus dilakukan oleh guru dengan siswa. Kontrak belajar hendaknya dengan jelas mencantumkan strategi perkuliahan dan kriteria untuk menentukan berhasil atau tidaknya siswa.
5. Tumbuh kembangkan kepercayaan diri siswa dengan mengatakan ”Sepertinya kamu telah memahami konsep ini dengan baik”, serta menyebut kelemahan siswa sebagai ”hal -hal yang masih perlu dikembangkan.”
6. Berikan umpan balik yang konstruktif selama pembelajaran agar siswa mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi belajar mereka sejauh ini.

II.4.4 Kepuasan (Satisfaction)
Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan siswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Sebagai contoh, dalam kelas Komunikasi, siswa diuji kemampuanya berpidato. Setelah selesai berpidato, siswa merasa puas dan lega karena ternyata dia tidak pingsan seperti yang dikhawatirkanya. Tetapi beberapa saat kemudian konsekuensi dari luar (dari guru) membuatnya merasa malu dan kecewa. Guru mengatakan dia nampak tegang, suaranya hampir tidak terdengar, dan jelas kelihatan tidak berlatih sebelumnya. Dalam hal ini terjadi konflik dalam diri siswa tersebut, dan membuat kepuasaannya hilang. Peran guru sangat penting dalam menumbuhkan kepuasan belajar siswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi siswa guru dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) barupa pujian, pemberian kesempatan, dan sebagainya. Strategi untuk meningkatakan kepuasan :
1. Gunakan pujian secara verbal dan umpan balik yang informatif, bukan ancaman atau sejenisnya.
2. Berikan kesempatan kepada siswa untuk segera menggunakan atau mempraktikkan pengetahuan yang baru dipelajari
3. Minta kepada siswa yang telah menguasai suatu keterampilan atau pengetahuan untuk membantu teman–temannya yang belum berhasil.
4. Bandingkan prestasi siswa dengan prestasinya sendiri di masa lalu atau dengan suatu standar tertentu, bukan dengan siswa lain.
II.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
Dalam buku belajar dan pembelajaran Ali Imron (1996) mengemukakan ada enam unsur atau faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses pembelajaran. Keenam faktor tersebut adalah :
1. Cita-cita atau aspirasi pembelajar
Cita-cita merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Hal ini bisa diamati dari banyaknya kenyataan motivasi seorang pemelajar menjadi begitu tinggi ketika ia sebelumnya sudah memiliki cita-cita.
2. Kemampuan pemelajar
Manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena itu sering terlihat seseorang memiliki kemampuan di bidang tertentu belum tentu memiliki kemampuan di bidang lainnya.
3. Kondisi pemelajar
Hal ini bisa terlihat dari kondisi fisik maupun kondisi psikis pemelajar. Pada kondisi fisik ada hubungannya dengan motivasi bisa dilihat dari keadaan fisik seseorang. Apabila kondisi psikis seseorang sedang tidak bagus maka motivasi pun akan menurun.
4. Kondisi lingkungan pemelajar
Kondisi lingkungan pemelajar menjadi factor yang mempengaruhi motivasi bisa diamati dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial yang mengitari si pembelajar.
5. Unsur-unsur dinamis belajar atau pembelajaran
Faktor dinamisasi belajar dapat diamati pada sejauh mana upaya memotivasi si pemelajar dilakukan, bagaimana juga dengan bahan pelajaran, alat bantu belajar, suasana belajar dan sebagainya.
6. Upaya guru dalam membelajarkan pemelajar
II.6 Upaya-Upaya Memotivasi Dalam Belajar
Ali Imron (1996) mengemukakan ada empat upaya yang dapat dilakukan oleh guru guna meningkatkan motivasi belajar pemelajar. Empat cara tersebut adalah :
1. Mengoptimalkan penerapan prinsip-prinsip belajar,
2. Mengoptimalkan unsur-unsur dinamis pembelajaran,
3. Mengoptimalkan pemanfaatan upaya guru dalam membelajarkan pemelajar juga menjadi faktor yang mempengaruhi motivasi,
4. Mengembangkan aspirasi dalam belajar.
Ada sejumlah prinsip-prinsip belajar yang harus dioptimalkan sebagai upaya memotivasi dalam belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : prinsip perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan belajar, rangsangan dan tantangan, pemberian balikan dan penguatan, dan prinsip perbedaan individual antar pembelajar. Untuk mengoptimalkan prinsip-prinsip tersebut diperlukan strategi pembelajaran yang tepat dan mengupayakan untuk menjauhkan kendala-kendala yang ditemui dalam proses optimalisasi tersebut.
Optimalisasi yang dilakukan adalah optimalisasi unsur dinamis dan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajar. Optimalisasi unsur dinamis dilaksanakan dengan cara perlunya kreativitas dalam menyiapkan alat-alat belajar bersama pemelajar. Sedangkan optimalisasi pengalaman maupun kemampuan pemelajaran dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
1. Biarkan pemelajar menangkap sesuai kemampuan dan pengalamannya,
2. Kaitkan pengalaman belajar saat ini dengan pengalaman masa lalu dan kemampuan si pemelajar,
3. Lakukan penggalian pengalaman dan kemampuan yang dimiliki pembelajar,
4. Beri kesempatan pemelajar untuk membandingkan apa yang sekarang dipelajari dengan kemampuan dan pengalaman yang telah dimilikinya.
Cita-cita dan aspirasi juga penting dikembangkan sebagai upaya dalam memotivasibelajar si pemelajar. Ada tiga langkah yang perlu dilakukan, yaitu: kenalilah aspirasi dan cita-caita si pemelajar, komunikasikan hasil pengenalan tersebut kepada pemelajar dan orang tuanya, dan buatlah program-program yang dapat mengembangkan cita-cita dan aspirasi pemelajar.


III. KESIMPULAN
Motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut (Wlodkowski 1985).
Motivasi ada dua jenis, yaitu motivasi intristik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi Intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam individu itu sendiri, sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi atau dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan tersebut datang dari luar individu yang bersangkutan. Jadi orang itu dirangsang dari luar.
Secara umum terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, pertama, motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.
Dari berbagai teori motivasi yang berkembang John Keller (1983) telah menyusun seperangkat prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, yang disebut dengan ARCS. ARCS merupakan singkatan dari Attention (perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (kepercayaan diri), Satisfaction (kepuasan). Dalam proses belajar dan pembelajaran keempat kondisi motivasional tersebut sangat penting dipraktekkan untuk terus dijaga sehingga motivasi siswa terpelihara selama proses belajar dan pembelajaran berlangsung.





DAFTAR PUSTAKA
Dra. Eveline Siregar, M.Pd dan Hartini Nara, M.Si. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta
Hamalik, Oemar, Dr. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta. PT Bumi Aksara
A.M, Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada
http://joegolan.wordpress.com/ (diunduh pada tanggal 22 Maret 2010 pukul 07.15WIB)
http://tirman.wordpress.com/motivasi-dalam-pembelajaran/ (diunduh pada tanggal 22 Maret 2010 pukul 07.43 WIB)
http://ronawajah.wordpress.com/2007/08/03/teori-maslow-koreksi/ (diunduh pada tanggal 22 Maret 2010 pukul 07.11WIB)
http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow (diunduh pada tanggal 22 Maret 2010 pukul 07.07 WIB)

1 comment: